Obat Ampuh Percaya Diri
“ I’m
in love and miserable, ” I said aloud to my self.
He
overheard and said, “Take two aspirins.”
Bila Anda ingin memikat seorang wanita, langkah pertama yang harus
Anda lakukan ialah angkat bicara. Pembicaraan
yang langsung ditujukan kepadanya. Begitu mudah kedengarannya, tetapi begitu
sulit, ragu, dan takut untuk dilakukan oleh orang kebanyakan.
Namun, Anda perlu ingat bahwa Anda hanya mengambil perhatiannya
dan memikat hatinya, bukan mengguna-gunai dirinya apalagi berpikiran untuk
memperkosanya. Karena mengguna-gunai dan memperkosa tidak memerlukan
keterampilan berbicara. Hasilnya pun hampir dapat dipastikan: Ia bertekuk lutut
atau Anda masuk penjara. Memikat seorang wanita mutlak harus dimulai dengan angkat bicara. Rahasianya begitu mudah.
Tuntutannya begitu enteng. Sayangnya, pelaksanaannya tidak semudah yang
dibayangkan dan seringkali meresahkan. Terlebih bila wanita tersebut cantik dan
memiliki status social yang lebih tinggi dari Anda. Bagaimana Anda harus
bicara? Bagaimana Anda dapat memulai tanpa menakuti diri Anda serta wanita
tersebut? Untuk menjawab pertanyaan in, saya harus menceritakan bagaimana usaha
saya sendiri dalam mengatasi hal tersebut.
Saya tidak bangga mengakui bahwa saya merupakan laki-laki
pas-pasan dalam segala hal. Tidak termasuk dalam hitungan kaya raya, tidak
masuk bilangan cowo keren, dan sering gagal dalam segala bidang. Satu-satunya
wanita yang mencintai saya sampai hari ini dalam kondisi dan semua keterbatasan
saya hanyalah ibu saya tercinta. Karena tampang dan penampilan kerabat dan
rekan-rekan disekeliling saya juga terbilang cukup-cukup makan (ungkapan
keseharian saya untuk menyatakan ukuran standard) maka saya tidak terlalu
terasingkan dalam ruang lingkup sosial. Meski begitu saya memiliki kriteria
pasangan hidup yang terbilang sangat istimewa. Saya menyukai wanita yang
berparas cantik, pintar dalam banyak bidang, asyik dan seru, serta kreatif
dalam setiap tindakan. Hingga sepertinya sangat sulit bagi Anda membayangkan
bahwa saya dapat berada di samping wanita dengan kriteria seperti itu, namun
akhirnya saya temukan juga bidadari idaman saya itu.
Ketika itu saya ditugaskan untuk menjadi salah seorang pengisi
acara dalam sebuah moment akademik
sekolah. Dalam kesempatan ini saya hadir sebagai keyboardis yang mengisi
seluruh rangkaian acara sekolah tersebut. Saat itu saya diperkenalkan oleh
seorang guru kepada salah seorang gadis yang juga merupakan junior saya untuk
membantunya dalam memperluas wawasan sebagai seorang keyboardis. Sebenarnya
pada waktu itu dia lah yang ditugaskan sebagai keyboardis yang akan mengisi
seluruh rangkaian acara dalam kegiatan sekolah tersebut.
Dengan wajah yang sedikit memohon bantuan ia lalu menghampiri saya
dan selanjutnya berkata, “Kak, aku ditugasin buat ngiringin acara English
Competition, bantuin dong yah!”. Awalnya saya sama sekali tidak tertarik dengan
penampilan gadis ini dan hanya memberikan sedikit respon terhadap
permohonannya. Namun wajahnya yang begitu lembut dan polos sekejap saja
mengubah pandangan saya. Seketika ia terlihat layaknya bidadari yang kehilangan
sayap lalu kemudian memohon pertolongan pada seekor kodok di hadapannya, meski
pada akhirnya kodok tersebut mampu berubah menjadi pangeran tampan di
hadapannya. Karena saya memang tidak pernah berlaku acuh-tak acuh dan mungkin
karakter saya memang terbiasa dalam memberikan pertolongan kepada setiap orang
yang membutuhkan, akhirnya saya menyetujui permintaannya san bersedia
membantunya untuk melakukan tanggungjawab tersebut.
Di dalam sebuah kelas yang kami gunakan sebagai ruang latihan,
kami berdiri berdampingan menghadap sebuah keyboard yang terletak pada sebuah
meja. Saya lalu memintanya untuk memainkan sebuah lagu untuk mengukur
kemampuannya dalam mengolah nada di atas tuts keyboard. Kali ini saya
benar-benar merasakan sesuatu yang sulit saya ungkapkan dan tidak pernah saya
rasakan. Jari jemarinya mengalun indah merangkai untaian nada yang mampu memacu
jantung dan menggetarkan hati saya. Ternyata ia adalah seorang pianis yang
telah memiliki dasar yang cukup kuat dalam memainkan alat music keyboard.
Bahkan kemampuan saya yang terbatas pada transpose
keyboard sekejap saja dipermalukan ketika nada-nada indah tercipta dari
keindahan jarinya.
Susah payah saya mengangkat mata dan pelan-pelan melirik wajahnya
yang bersinar. Hampir-hampir tak percaya bahwa di dunia yang rusak ini masih
tersisa gadis yang begitu indah. Ia akhirnya juga menatap saya. Sekali
bertatapan mata, dalam beberapa menit kemudian kami lalu saling membuang muka.
Kemudian saya merasa matanya dating lagi pelan-pelan kearah saya. Lalu kami pun
saling bertatapan lagi. Sepertinya saya ingin waktu segera berhenti agar saya
dapat lebih lama lagi menatap keindahan yang dianugerahkan Tuhan kepada saya
pada saat itu. Namun ditengah kebersamaan kami saat itu saya sama sekali tidak
berani berkata apa-apa di hadapannya. Saya menahan semua perkataan hati yang
sebenarnya ingin segera dimuntahkan dari mulut saya. Terlintas banyak
penyesalan ketika waktu mulai memisahkan kami berdua dari moment yang indah
itu.
Tersadar dari besarnya harapan saya untuk menjadi berani
mengungkapkan kata-kata terutama yang mewakili perasaan saya, kemudian saya melakukan
banyak cara untuk memberanikan diri memulai topik pembicaraan di hadapan
bidadari idaman saya tersebut. Setiap hari saya biasakan untuk menegur siapa
saja yang ada di hadapan saya. Hari-hari saya penuhi dengan mengucapkan “Hai”,
“Hey”, atau “Hallo” kepada orang-orang di sekeliling; mulai dari teman-teman,
guru, petugas kebersihan, supir angkot, satpam dan siapapun yang melintas di
hadapan saya.
Di luar dugaan ternyata praktik gila saya tersebut mengubah gaya
hidup dan kepribadian keseharian saya.
Ternyata kata sapaan “Hai”, “Hey”, dan “hallo” yang saya ucapkan dengan
ramah akan dibalas dengan wajar dan ramah pula oleh orang-orang yang
menerimanya, termasuk para wanita. Keraguan dan ketakutan untuk bicara dengan
para wanita pun sedikit demi sedikit berkurang masa kritisnya seiring dengan
menumpuknya kesan baik yang justru saya peroleh ketika saya mulai angkat
bicara.
Lama kelamaan, saya sadar bahwa banyak kaum pria yang menjadi
korban dari pepatah: “Berbicara adalah perak, diam adalah emas”. Dalam dunia
metropolitan, diam bukanlah emas. Diam berarti dilupakan, tenggelam dan mati.
“Tidak ada yang
mempedulikan Anda jika Anda minta dipedulikan dengan cara diam-diam”.
Saya berhasil mengobati rasa takut saya untuk berinteraksi di
hadapan wanita dengan menggunakan teknik menyapa lingkungan sekitar. Memang itu
belum cukup untuk saya dapat memulai pembicaraan hangat di hadapan wanita
idaman saya. Karena itu saya mengembangkan banyak resep anti gagal yang akan
saya bahas selanjutnya pada E-book ini, akan tetapi ada baiknya jika Anda
belajar dari hal kecil untuk menggapai hal yang lebih besar. Biasakan diri
untuk menyapa orang-orang disekeliling Anda dan bersikaplah sebagai pria ramah
di hadapan semua orang. Akan lebih indah ketika sapaan Anda diwarnai dengan
senyuman dan dihiasi salam hangat dari telapak tangan Anda. Dari kebiasaan
tersebut Anda akan tampak lebih bersinar
dari para pria pada umumnya.
...selengkapnya terdapat pada E-book yang akan saya upload di dalam situs blog SUKSES pada tanggal 10 Oktober 2012 . Segera dapatkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar