Kecepatan Rana (Shutter Speed)
Kecepatan rana (shutter speed) ialah cepat atau lambatnya rana bekerja untuk membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan cahaya mengenai film. Rana bekerja sebagaiamana jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1,2,4,8,15,30,60,125,250,50,1000,2000, dan seterusnya. Angka 1 memilik arti bahwa rana akan membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana akan membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dan seterusnya.
Semakin lama shutter terbuka maka semakin banyak cahaya yang masuk dan ditangkap oleh sensor. Bila Anda memotret obyek yang sedang bergerak dengan pengaturan fast-shutter speed maka obyek akan membeku atau diam. Tapi jika Anda menggunakan slow-shutter speed maka obyek akan tampak seolah bergerak dan efek pergerakan digambarkan dengan garis-garis yang tercipta pada background.
Berikut ini saya sajikan beberapa karya fotografi saya untuk membantu Anda lebih memahami pengaruh shutter speed terhadap kualitas dan teknik fotografi. (Ukuran semua karya fotografi telah diperkecil untuk mencegah pembajakan Hak Cipta).
Gambar. 1. Air yang menetes dari keran |
Membekukan gerakan Air
Alat-alat:
- Kamera digital apa saja, sebaiknya resolusi minimal 2 MP, lebih baik lagi bila memiliki kemampuan makro.(saya menggunakan Fujifilm Finepix HS-30)
- Tripod, monopod atau benda yang dapat difungsikan sebagai dudukan kamera.
- Senter, light pen atau benda yang mengkilat seperti sendok, digunakan untuk pre-focus.
- Ruangan dengan pencahayaan tidak terlalu terang (kira-kira seterang ruangan berukuran 4 x 4 dengan lampu PLC 9 s/d 13 W).
- Sumber tetesan air (keran, selang, sedotan atau yang lainnya) dengan tetesan sekitar 2 atau 3 tetes per detik.
Proses pengambilan gambar :
- Atur tetesan air sekitar 2 sampai 3 tetes setiap detiknya. Banyaknya tetesan setiap detik ini tergantung dari keinginan fotografer, bebas bereksperimen.
- Lakukan setting kamera pada makro bila ada, dan aktifkan fill-in flash (bukan auto flash).
- Arahkan kamera pada air yang menetes, lakukan pre-focus (menekan tombol shutter setengah). Bila tidak dapat fokus, dekatkan benda mengkilat pada posisi air yang menetes untuk membantu pre-focus, bila masih belum fokus, bantu dengan senter. Ini merupakan langkah kritis untuk mendapatkan hasil optimal dari air yang menetes supaya jelas dan tajam.
- Setelah fokus didapat melalui pre-focus, tunggu sampai tetesan air yang terbaik muncul, ambil gambar dengan timing yang pas. Sebaiknya dilakukan berkali-kali, agar nantinya bisa dipilih yang terbaik.
- Kondisi di atas tidak mengikat, lakukan eksperimen dengan berbagai lighting atau angle.
Gambar. 2. Lalat pada daun yang bergoyang |
"Fotografi merupakan seni yang mudah dipelajari ketika Anda terus berlatih dan tidak pernah menyerah." - Christian Yohanes
There is no a Good Result without a Good Prepare
Foto yang bagus bukan didapat karena
keberuntungan, tapi karena pengambilan keputusan yang tepat. Banyak hal yang
perlu dipikirkan sebelum membuat sebuah karya fotografi. Untuk pemula, sulit
rasanya harus memikirkan begitu banyak langkah. Tapi dengan latihan yang
berkesinambungan Anda pasti terbiasa melakukan hal tersebut secara alamiah.
Nah, jika kamera sudah berada di tangan Anda, maka maksimalkanlah penggunaan kamera Anda tersebut untuk memotret objek-objek fotografi yang indah. Panduan berikut ini berguna bagi Anda agar tidak ketinggalan momen pemotretan. Ikutilah langkah-langkah berikut ini sebelum Anda beraksi sebagai seorang fotografer.
Persiapkan Alat Penunjang Fotografi :
Nah, jika kamera sudah berada di tangan Anda, maka maksimalkanlah penggunaan kamera Anda tersebut untuk memotret objek-objek fotografi yang indah. Panduan berikut ini berguna bagi Anda agar tidak ketinggalan momen pemotretan. Ikutilah langkah-langkah berikut ini sebelum Anda beraksi sebagai seorang fotografer.
Persiapkan Alat Penunjang Fotografi :
Tas atau Kantung Kamera
Ada berbagai macam desain dan ukuran tas kamera, dari yang model selempang hingga bentuk ransel. Variasi ukuran dan ruangannya pun beraneka ragam. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa cepat Anda dapat menjangkau kamera pada saat diperlukan.
Tas model ransel yang berukuran besar memungkinkan Anda membawa banyak perlengkapan, tetapi jika disandang di punggung tentu memerlukan waktu lebih untuk mengambil kamera Anda. Jika sudah berada di lokasi pemotretan, mungkin lebih baik Anda menyandang di depan agar kamera lebih mudah dijangkau tanpa perlu menanggalkan tas dari tubuh Anda.
Baterai Cadangan
Baterai merupakan elemen vital dalam kamera digital dan salah satu kesalahan yang paling sering terjadi adalah baterai yang habis di tengah sesi pemotretan. Daya tahan baterai dipengaruhi oleh kapasitas baterai, juga oleh pemakaian flash, autofocus, dan live-view atau review di LCD. Jadi, meskipun baterai Anda sudah diisi penuh, jangan lupa untuk selalu membawa baterai cadangan.
Memory Card
Kartu memori adalah unsur penting dalam fotografi digital. Kapasitas memory card yang jauh lebih besar daripada rol film memungkinkan Anda memotret dengan leluasa. Masalahnya, satu sesi pemotretan bisa menghasilkan 200-500 frame foto. Bagaimana Anda menyiasatinya?
Kapasitas penyimpanan memory card ditentukan oleh:
- Ukuran resolusi frame (10MP, 6MP, atau 3MP, dan
sterusnya)
- Kualitas foto (Fine, Normal, Economy)
- Format file (RAW atau JPEG)
Nah, agar setiap momen terekam dengan baik, pastikan ruang kosong di memory card Anda cukup untuk 500 frame. Atau, bawalah memory card cadangan.
Temukan Objek yang Menarik
Cobalah untuk memilih objek yang menarik. Di jalan-jalan yang sibuk, misalnya, usahakanlah mengambil foto potret dari orang, bangunan, mobil, atau sebuah aktifitas. Berhati-hatilah untuk tidak memasukkan terlalu banyak elemen ke dalam foto tersebut. Terlalu banyak detail hanya akan membuat orang yang melihat foto menjadi bingung tentang apa yang ingin Anda sampaikan.
Setelah menemukan objek pemotretan, perhatikanlah kondisinya, misalnya apakah objek berada di dalam (indoor) ataukah luar (outdoor) ruangan. Perhatikan waktu pengambilan gambar yang Anda lakukan (pagi, sore, atau malam) karena berpengaruh pada pencahayaan yang akan Anda gunakan (ambience ataukah artificial). Jika pemotretan dilakukan secara outdoor dengan mengandalkan abient light, maka Anda harus mempersiapkan penyesuaian dengan kondisi cuaca saat berlangsungnya sesi pemotretan.
Pengaturan Kamera
Pemilihan Mode Kamera
Setelah Anda memiliki gambaran kondisi pemotretan yang akan berlangsung, maka Anda harus menyesuaikan pengaturan kamera. Anda dapat menggunakan scene program yang sudah tersedia atau menggunakan priority setting yang ada agar Anda dapat mengantisipasi setiap keadaan secepat mungkin.
Anda bisa menghindari penggunaan mode M karena akan mengubah setting yang disimpan di posisi A (Av) dan S (Tv) sehingga Anda memerlukan usaha lebih pada pemotretan berikutnya. Mode M ini bisa Anda gunakan pada kondisi-kondisi khusus yang tidak memungkinkan penggunaan mode lainnya.
Setting lainnya yang harus Anda pastikan diatur dengan kesesuaian tertentu ialah ISO, white balance, metering dan shutter release.
Energy Saver
Banyak kamera yang dilengkapi dengan energy saver yang akan mematikan secara otomatis jika tidak
digunakan dalam waktu tertentu. Dalam satu sesi pemotretan, fitur ini
kadang-kadang membuat Anda tidak sempat menangkap momen karena kamera terlambat
hidup saat start-up. Ini terutama
terjadi pada kamera saku dan prosummer. Jadi matikanlah fitur energy saver selama sesi pemotretan.
Fokus dan Zoom
Pemilihan mode focusing
dan zooming akan mempengaruhi
kecepatan respon kamera, terutama pada kamera poket yang melakukan zooming dengan menggunakan motor
elektrik. Kecepatan fokus juga ditentukan oleh kontras warna subyek dengan
latar belakang lingkungan di sekitarnya.
Review
Penggunaan live view dan melakukan review pada LCD sering
menghabiskan waktu yang menyebabkan terlewatnya momen. LCD viewer hanya cocok
untuk melakukan review singkat pencahayaan dan komposisi. Fokuslah pada
menangkap momen.
Pilih Aperture
Bukaan lensa menentukan seberapa banyak cahaya yang masuk ke
badan kamera. Bukaan juga mengatur kedalaman fokus (depth of field). Semakin besar bukaan lensa, semakin tipis
kedalaman fokus dan sebaliknya.
Gambar 1. Menggunakan Aperture lebar |
Anda harus menentukan apakah foto yang Anda ambil memiliki
kedalaman fokus yang tipis atau dalam. Misalnya Anda ingin mengambil gambar
dengan kedalaman fokus yang tipis agar sebuah potret terlihat lebih artistic.
Dalam hal ini Anda harus membuka diafragma (aperture) selebar mungkin. Tapi
jika Anda memotret pemandangan dengan elemen yang ingin dibuat terlihat jelas,
bukaan yang harus Anda lakukan sebaiknya sekecil mungkin.
Gambar. 2 Menggunakan Aperture kecil |
Pilih Shutter Speed
Anda harus menentukan apakah Anda hendak membekukan (freezing) obyek foto atau justru merekam
pergerakannya. Bila Anda ingin membekukan objek, Anda harus mengatur shutter
speed Anda dengan teliti.
Untuk mencegah blur
karena tangan dan kamera Anda bergoyang, Anda juga harus mengikuti aturan
ukuran fokal lensa. Kemudian amatilah seberapa cepat pergerakan objek fotografi
itu bergerak. Objek dengan pergerakan cepat membutuhkan kecepatan rana(shutter speed) yang tinggi.
Gambar 3. Menggunakan Shutter Speed rendah |
Gambar 4. Menggunakan Shutter Speed tinggi |
Fokal Lensa yang
optimal
Tidak semua lensa bisa memberikan hasil yang sama. Ada lensa
lebar, lensa standard, dan lensa telephoto. Setiap fokal lensa memiliki
karakteristik masing-masing. Lensa lebar memberikan kesan dimensi, distorsi dan
kedalaman fokus yang dalam. Di lain pihak, lensa telephoto membuat foto menjadi
tampak dua dimensi (efek kompresi), membuat kedalaman fokus menjadi lebih tipis
dan membesarkan subjek yang jauh.
Cobalah untuk mengambil gambar dengan lensa dan fokal lensa
yang berbeda-beda untuk mengetahui lebih jauh pemahaman efek-efek yang
ditimbulkan oleh setiap lensa.
Membuat Angle Terbaik
Teoritis, dalam bukunya Arnaud Frich based on pilihan focal length, orientation format (horizontal atau vertical) dan angle biasanya dibutuhkan overlapping sekitar 20%, dengan kata lain satu image akan terpakai view nya 60 % (20% terpakai sbelah kiri dan 20% kanan)
Membuat Angle Terbaik
1. Angle of View
- Di photo panorama yg diciptakan dengan stiching beberapa frame photo, menentukan seberapa wide angle of view yang mau diciptakan yg berkaitan erat dengan akan seberapa banyak akan masuk dalam frame.
- Ciptakan angle of view yg mampu attracting people to view more in detail.
- Mengangkat sebuah POI dalam frame panorama, makin banyak hal2 yg menarik yg bisa diikutsertakan, contoh dalam photo di atas, POI utama yg diletakan dipinggir adalah gambar kedua orang gadis yg diambil full wide dengan menggabungkan beberapa photo format horizontal (5-7 frames)
- Based on my experience, tergantung juga dengan software yg dipakai, menggabungkan photo dengan menjaga garis2 horizontal dan vertical menjadi garis2 lurus, bisa dilakukan hingga 115°, ada beberapa software yg menawarkan features untuk kontrol lines tetap lurus sehingga angle of view bisa dipertahankan max hingga 150°, lebih dari itu maka garis2 horizontal dan vertical akan membentuk garis2 lengkung..
Gambar 1. Danau 3 Warna di Manado |
2. Focal Length
Pemilihan focal length utk pengambilan foto panorama (yg akan di stitching) juga penting, walau bukan yg utama. Hindari memakai wide lens, dimana dengan memakai wide lens, image akan didominasi area yg luas di langit dan di bumi yg mungkin out of our interest (or it is).
Alasan lain dengan menggunakan wide lens, akan membuat efek distorsi yg sangat significant yg nantinya -at the end of the day- akan sulit saat post processing.
Pakai di range 24-35mm focal length would be enough, dan cukup jika ingin membuat foto panorama cityscape (high rise building, or monumen yg tinggi) atau landscape.
Gambar. 2 Panorama Danau 3 Warna |
3. Overlapping dan How many Images?
Seberapa banyak bidang yg overlapping, dan berapa banyak frame yg mau di eksekusi untuk menghasilkan foto panorama yang baik, menjadi sebuah pertanyaan yg sudah dijawab di point no 1, seberapa wide panorama ingin di ciptakan, seberapa banyak objek yg akan terlibat.
Pengalaman pribadi, saya tidak terlalu memusingkan dua pertanyaan tersebutb (overlapping dan berapa images) serta hitung-hitungannya. Yang menjadi base dalam kerangka berpikir saya hanya saya ingin menangkap scene ini dan idea, plan serta seperti apa frame itu akan tercipta memandu saya utk menentukan angle dan seberapa banyak frames tsb akan diambil.
Teoritis, dalam bukunya Arnaud Frich based on pilihan focal length, orientation format (horizontal atau vertical) dan angle biasanya dibutuhkan overlapping sekitar 20%, dengan kata lain satu image akan terpakai view nya 60 % (20% terpakai sbelah kiri dan 20% kanan)
TIPS :
- make sure important area (POI) dalam frame ada di tengah2 salah satu frame photo. Hindari overlapping di daerah penting dimana POI itu berada.
- to make sure, potret 2 kali di area tsb, dengan 2 format yg berbeda. in case dibutuhkan saat post process, apalagi saat moment yg gak mungkin utk diulangi seperti saat blue hour atau golden hour.
4. White Balance/Color Temperature
Well, white balance dan light metering adalah dua hal yg paling rumit dalam photo panorama yg ingin kita stitching. Mengontrol dua hal tsb supaya terjaga utk setiap frame a bit tricky, apalagi jika kita menjumpai frame yg mempunyai dynamic range yg lebar dan kondisi pencahayaan yg tidak merata.
- jika memungkinkan, hindari menggunakan Auto WB, terutama jika menjumpai frame yg rumit pencahayaannya. Karena akan terjadi color shift yg tinggi di tiap frame yg kita ambil.
- Penting utk mengkomposisikan area yg terpenting warna nya dalam satu frame (bukan overlapping frame), sehingga sensor kamera akan mengkoreksi color di one single isolated frame, sehingga tidak ada satu frame photo yg dominan cold atau warm dibanding frame yg lain
TIPS:
- gunakan color tempature (ingat pembahasan kita di pengertian WB di thread2 yg silam?) di 6500K, kecuali cuaca yg mendung yg cenderung cold.
4500K pilihan start utk mendapatkan balance yg optimal antara twilight dan artificial light (seperti Fuji Provia tones)
Jika gak mau pusing di awal motret, bisa gunakan RAW files, dan pake modus Auto WB. Yg saat post processing di ganti Auto WB ini utk keseluruhan frame dengan WB yg berkesesuaian..
5. Exposure
Ini yg paling tersusah utk menjaga dan mengontrol exposure di tiap2 frame sehingga tidak terjadi shifting yg begitu dominan di salah satu frame nya.
Dengan pemahaman spot metering yg baik (semoga masih inget) dan pemilihan metode metering serta titik yg ingin kita meter sebagai acuan, juga menentukan exposure apa yg diambil.
Namun, ada triki utk mengakali supaya tone shifting akibat exposure yg berbeda bisa diminimalisir, (terutama di scene yg susah pencahayaannya misal saat matahari terbenam, blue hour dan golden hour)
TIPS : pilih satu frame utama yg berisi objek utama dari foto panorama kita, metering dengan tepat sehingga mendapatkan exposure yg tepat dalam satu frame tsb. Lalu jadikan frame tsb menjadi frame acuan utk pengambilan frame2 yg lain.
Metode utk mendapatkan exposure yg tepat, bisa berbagai macam, salah satunya, cari titik utama dalam POI tersebut, cari bidang yangg paling gelap dengan kompensasi dan spot metering. tangkap detailnya, pastikan tiap detail dalam POI tsb balance, gunakan histogram untuk mengecek lalu gunakan exposure tsb sebagai acuan utk frame-frame yang lain.
Tips Untuk Hewan Hiperaktif
Dalam beberapa kasus anda akan menghadapi hewan yang gerakannya amat cepat seperti burung. Dalam kondisi seperti ini, atur setelan ISO (apa itu ISO?) di auto ISO, gunakan continous mode (burst) dan set shutter speed yang cukup tinggi (diatas 2 kali panjang fokal) serta atur aperture selebar-lebarnya agar foto anda tetap tajam.
Pilih Hewan dalam moment terbaik
Memotret di alam terbuka dengan pilihan hewan yang banyak dan beraneka ragam menuntut kita harus selektif dan tertata, jangan memaksakan diri ingin memotret semuanya. Cari tahu daftar hewan yang ada dan lebih baik lagi kalau anda bisa mengetahui lokasi hewan tersebut sebelumnya. Dengan begitu anda bisa memilih urutan hewan mana saja yang ingin anda foto. Pilih sasaran anda dan usahakan tetap disitu sampai anda menghasilkan paling tidak beberapa jepretan yang dirasa memenuhi standar anda. Jangan tergesa-gesa, anda tidak sedang diburu tenggat waktu bukan?
Gambar 1. Burung di Manado |
Perhatikan Kondisi Cahaya
Saat anda memotret hewan di alam terbuka, anda membutuhkan cahaya yang cukup, namun juga tidak berlebihan. Datanglah pagi-pagi karena saat pagi cahaya yang ada cukup namun tidak berlebihan. Cahaya di siang bolong kurang mendukung untuk pemotretan karena terlalu kuat, sifatnya datar dan keras sehingga foto akan memiliki banyak bayangan gelap dan terlalu kontras. Anda bisa mulai memotret lagi saat mulai mendekati sore hari.
Namun kalau kebun binatang yang dikunjungi cukup rimbun, maka anda beruntung karena bisa terlindung dari sinar matahari siang hari yang berlebihan. Saat diang datang, carilah lokasi yang cukup rimbun dan potretlah di area yang ada dibalik bayangan pohon.
Sempurnakan Karya Fotografi Anda dengan Objek lainnya
Meskipun anda pergi ke kebun binatang atau ke dalam populasi lainnya dan meniatkan diri memotret hewan, jangan lupakan obyek lain selain itu. Perhatikan juga ekspresi pengunjung saat melihat hewan-hewan tersebut, seringkali ekspresi mereka juga cukup menarik untuk diabadikan dalam foto anda.
Seringkali pihak kebun binatang juga mengadakan berbagai atraksi menarik untuk menyedot pengunjung, cari tahu apa saja atraksi yang tersedia, siapa tahu anda bisa menemukan obyek menarik disitu.
SUKSES itu diusahakan, bukan cuma sekedar diharapkan.
By: Christian Yohanes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar